Pages

Saturday, August 13, 2016

PEMAHAMAN ANAK HIPERAKTIF

Hiperaktif atau biasa disebut GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS ( GPPH ) merupakan suatu pola perilaku anak yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak menaruh perhatian dan impulsif (semaunya sendiri). Anak Hiperaktif cenderung mengacu pada tidak adanya pengendalian diri sehingga sering mendapat hukuman
ataupun kecelakaan (Taylor, 1998). Menurut para ahli, Kelainan perilaku ini tidak jelas asal-usulnya. Perilaku tersebut merupakan kombinasi dengan sifat tertentu. Misalnya, Gelisah dan tidak mampu konsentrasi serta terus-menerus berbicara sehingga kadang prestasi mereka menurun.Perilaku mereka tanpa arah pasti, dan kadang memiliki rentang perhatian atau konsentrasi yang pendek dibanding teman-teman seusianya. Kecenderungan anak hiperaktif yang lain adalah keras kepala dan suka mengabaikan perintah.
Menurut Asosiasi Psikiater Amerika, GPPH / Hiperaktif memiliki tiga jenis yang berbeda dan kategori tersebut di gunakan secara meluas di negara lain :
1. GPPH / Hiperaktif tipe kombinasi
Tipe ini mudah dilihat sehubungan mereka kurang mampu memperhatikan aktivitas permainan atau tugas, perhatiannya mudah pecah, dan cenderung kehilangan. Mereka juga mudah berubah pikiran, impulsif, selalu aktif dan tidak dapat asyik dalam kegiatan yang menghabiskan waktu.

2. GPPH / Hiperaktif tipe predominan kurang mampu memperhatikan
Tipe ini dianggap sebagai “kadet luar angkasa” di kelas dan di lapangan bola. Mereka tidak diperhatikan oleh guru karena pendiam dan “kecil hati”, tetapi bukan berarti mereka “tidak ada”. Di kelas, mereka tidak memperhatikan guru, melainkan melihat langit-langit kelas atau di lapangan bola, mereka mengamati kupu-kupu, bukan bolanya, dan sering tampak melamun. Mereka tidak mendengar bila diajak bicara, dan kelihatannya tidak bisa mengikuti instruksi atau suatu kegiatan / proyek. Banyak yang mengeluh, “Mereka pelupa dan Kacau”

3. GPPH / Hiperaktif tipe predominan hiperaktif-impulsif
Tipe ketiga ini cenderung terlalu energik, lari ke sana-sini/ tidak bisa “diam”, dan “melompat seenaknya”. Hal demikian membuat heran setiap orang : mereka sering bisa menaruh perhatian di kelas dan kelihatan memang belajar, bahkan ketika seakan sedang tidak mendengarkan.
Berdasarkan penyebabnya, hiperaktif dibedakan dalam dua kelompok, yaitu faktor psikis dan fisik. Dari pemeriksaan fisik (neurolog), umumnya ditemukan bahwa, pada anak penderita hiperaktif tampak terjadi abnormalitas aktivitas otak. Data lain, seperti pematangan awal kelenjar-kelenjar di dalam tubuh, abnormalitas kelenjar-kelenjar tubuh, serta kerusakan atau terjadinya gangguan sistem saraf. Dari sisi psikologis, terjadinya tingkah laku hiperaktif lebih dipengaruhi oleh kurangnya perhatian atau cinta kasih orang tua. Akibatnya, jiwa anak mengalami kekosongan belaian kasih, yang mana, sebagai kompensasi atas kondisi tersebut anak mencoba mencari pemuasan diri melalui obyek lain atau tindakan untuk menggantikannya (Robinson, 1993).
Perjalanan anak GPPH sangat bervariasi, di mana gejaa dapat menetap sampai masa remaja atau dewasa, atau gejala dapat menghilang pada masa pubertas, seperti hiperaktivitas. Anak-anak dengan GPPH yang gejalanya menetap sampai remaja kurang lebih 15-20% adalah berada pada resiko tinggi untuk mengalammi gangguan tingkah laku akan berkembang menjadi gangguan kepribadian, anti social, di masa dewasanya.
Banyak faktor yang dicurigai sebagai faktor resiko timbulnya gangguan tingkah laku pada anak-anak penderita GPPH (Hiperaktif). Faktor-faktor resiko tersebut dapat dikelompokkan sebagai beikut :
1. Resiko biologis, yang terdiri dari adanya kehamilan yang terganggu, prematuritas, berat badan lahir rendah, trauma persalinan, asfiksia, serta pola penyakit keluarga.
2. Faktor resiko psikososial, mencakup antara lain : keintiman keluarga – termasuk ekspresi emosi, status anak dalam keluarga, serta kepadatan hunian atau banyaknya jumlah anggota keluarga.

No comments:

Post a Comment