Pages

Monday, August 22, 2016

Nabi Muhammad : " BERDAGANGLAH ENGKAU, KARENA 9 DARI 10 BAGIAN KEHIDUPAN ADALAH PERDAGANGAN "

Di dalam al – quran ditegaskan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu mengubah nasibnya sendiri. Disampaikan pula di ayat yang lain bahwa tiada yang manusia dapatkan, kecuali apa yang ia usahakan. Itu artinya, manusia diizinkan dan dimampukan oleh Allah untuk memperbaiki keadaan, termasuk menjadi pribadi yang mandiri.
Ada pula ayat yang menggaris bawahi bahwa sungguh di dalam kesukaran itu terdapat kemudahan, karena itu selesaikanlah tugas dan giatlah bekerja. Nabi Muhammad pun pernah wanti-wanti,”sesungguhnya Allah Swt. Menyukai hamba yang berkarya dan terampil. Barang siapa yang bersusah payah mencari nafkah demi keluarganya, maka dia serupa dengan seorang pejuang fisabilillah.
Nah, terkait kemandirian dan entrepreneurship, ada baiknya kita menyimak kisah seorang sahabat. Abdurrahman bin Auf, namanya. Ketika berangkat hijrah dari Mekkah ke Madinah, ia tidak mengantongi bekal sama sekali. Setiba di madinah, ia pun ditawari sebidang kebun kurma. Alih-alih menyetujui tawaran tersebut, ia malah minta ditunjukkan jalan menuju pasar.
Fenomena ini sungguh menarik. Rupa-rupanya Abdurrahman bin Auf lebih memilih mencari kail ketimbang menerima ikan. Tidak berapa lama kemudian, ia berhasil menjadi seorang entrepreneur. Bukan sembarang entrepreneur, melainkan entrepreneur yang kaya raya. Bahkan sewaktu peperangan terjadi, tidak sedikit yang ia sedekahkan untuk para pejuang.
Bukankah kemandirian dan entrepreneurship juga telah dicontohkan dengan sempurna oleh Nabi Muhammad SAW lebih dari 1.400 tahun yang silam? Tatkala berusia 8 tahun – meski yatim piatu – Muhammad cilik sudah menjadi penggembala yang mandiri. Umur 12 tahun – katakanlah kelas 6 SD – ia sudah menjadientrepreneur dan sudah berdagang sampai ke Syiria. Tidak cukup sampai di situ. Umur 25 tahun, ia sudah menjadi entrepreneur yang kaya raya dan sudah berdagang ke luar negeri tidak kurang dari 18 kali.
Bayangkan saja, jangkauan perdagangan Muhammad muda mencapai Yaman, Syiria, Busra, Iraq, Yordania, Bahrain, dan simpul-simpul perdagangan lainnya di jazirah Arab. Sekedar catatan, ketika itu ia belum diangkat sebagai rosul. Hitung punya hitung, lebih lama ia berkiprah sebagai entrepreneur ketimbang sebagai nabi. Tepatnya, 25 tahun banding 23 tahun. Dalam perkembangannya, ia pun diakui sebagai entrepreneur yang sangat terpercaya, sehingga digelari Al – Amin.
Saat menikah, ternyata ia sanggup menyerahkan 20 unta muda sebagai mas kawin. Jika di rupiahkan untuk konteks sekarang, maka jumlah mas kawinnya sekitar satu miliar rupiah. Luar biasa! Padahal semasa merintis bisnis, ia tidak mengantongi modal sepeser pun. Nah, apa rahasianya? Tidak lain, tidak bukan, rahasianya terletak pada kepercayaan. Berbekal kepercayaan itulah, ia mengelola mdal orang lain dengan sistem upah ataupun bagi hasil.
Begitulah, Nabi Muhammad adalah seorang entrepreneur. Demikian pula istrinya dan sahabat-sahabatnya. Islam pun masuk ke tanah air, dibawa oleh para entrepreneur Muslim dari Timur Tengah dan China, yang kebetulan singgah di tanah air. Tidak terkecuali santri-santri zaman dulu, yang mengabdikan dirinya sebagai entrepreneur, kendati dalam lingkup yang terbatas.
Nbi Muhammad pun pernah berwasiat,”Berdaganglah engkau karena 9 dari 10 bagian kehidupan adalah perdagangan.”

No comments:

Post a Comment